Hormon Rollercoaster dan Pertengkaran dengan Sahabat


Mencapai usia 50-an adalah sebuah pencapaian yang tak bisa diremehkan. Di usia ini, banyak dari kita sudah melewati berbagai fase kehidupan—dari masa muda yang penuh petualangan, masa-masa membangun karier, hingga merawat keluarga. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa usia 50-an juga membawa tantangan tersendiri, salah satunya adalah perubahan hormon yang bisa berdampak pada kehidupan sosial kita, termasuk hubungan dengan sahabat.

Sejujurnya saya baru akan melewati ulang tahun ke-50 beberapa bulan mendatang. Namun sepertinya masa perimenopuse yang seiring dengan perubahan hormon membuat hidup saya berubah sejak operasi histerektomi dua tahun lalu. 

Awalnya, saya merasa cukup baik-baik saja. Tapi, tanpa saya sadari, saya mulai merasakan adanya perubahan dalam tubuh saya. Perubahan hormon yang datang seiring dengan menopause membuat saya merasa seperti berada di atas rollercoaster emosional yang tidak pernah berhenti. Perasaan mudah marah, cemas, dan sedih datang silih berganti tanpa alasan yang jelas.

Salah satu momen yang paling mengejutkan bagi saya adalah ketika saya mengalami pertengkaran hebat dengan sahabat dekat saya, Alesha, yang juga sesama blogger. Kami sudah berteman sejak lama, dan jarang sekali kami bertengkar serius. Hari-hari kami selalu diisi dengan penuh senda gurau. 

Namun, hari itu, segalanya berubah. Semua bermula dari hal sepele—yang ternyata adalah rembetan-rembetan dari peristiwa sebelumnya. Akhirnya kami saling unfriend dari media sosial. 

Entah mengapa biasanya setiap ada apa-apa biasanya kami saling bercerita. Tapi Alesha menutup diri - meski saya terakhir kali sebelum memutuskan mengunfriendnya - masih sempat menanyakan ada masalah apa. 

Kami berdiam diri selama hampir setahun. Rasanya aneh, karena Alesha adalah orang yang hampir selalu ada di dalam hidup saya.

Hingga suatu hari, kami mendapat tawaran job bersama yang mengharuskan kami melakukan perjalanan jauh. Tak bisa dielakkan, kami terpaksa duduk berdampingan dalam mobil selama 3 jam. Pada awalnya, suasana di dalam mobil terasa canggung dan hening. Namun, seiring berjalannya waktu, kami mulai mengobrol ringan. Dari obrolan sederhana tentang perjalanan pagi yang hectic, obrolan tentang snack di perjalanan, perlahan-lahan percakapan kami beralih ke topik yang lebih dalam.

Saya memanfaatkan momen itu untuk membuka diri tentang perubahan hormon yang saya alami dan bagaimana hal itu mempengaruhi emosi saya. Saya menceritakan betapa sulitnya mengendalikan amarah dan betapa menyesalnya saya atas kejadian setahun lalu. 

Alesha juga merasa saya terlalu pemarah saat itu. Dia hampir tidak mengenali saya. Sementara saya melihatnya terlalu ikut campur dalam urusan pribadi saya. 

Alesha dengan penuh pengertian, juga menceritakan pandangannya. Dia merasa terluka karena sikap saya, iapun tidak nyaman setiap bertemu saya di setiap event blogger. Namun dia mengerti bahwa perubahan hormon bisa menjadi penyebabnya. Saat itu ia merasa sudah berhubungan dekat dengan saya, jadi meskipun di tempat ramai dan berpotensi didengar orang lain ia merasa wajar menanyakan hal pribadi. 

Selama perjalanan itu, kami berbicara dari hati ke hati. Kami saling mendengarkan dan mencoba memahami sudut pandang masing-masing. Perjalanan 3 jam itu menjadi momen penyatuan kembali hati kami yang sempat terpisah. Kami saling memaafkan dan berjanji untuk lebih terbuka dan sabar satu sama lain. Fokus kami sekarang adalah menikmati masa bahagia, tidak perlu meributkan hal-hal sepele, karena ada hal yang lebih penting diurus yakni tulang yang mulai encok hehehe... 

Pengalaman ini membuat saya lebih menyadari pentingnya komunikasi yang baik, terutama di usia 50-an ini. Saya juga mulai mencari cara untuk mengelola stres dan perubahan hormon, seperti berolahraga secara teratur, mengatur pola makan, dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi. Hal ini sangat membantu dalam menjaga keseimbangan emosi dan mengurangi risiko konflik dengan orang-orang terdekat.

Usia 50-an memang membawa perubahan yang tidak bisa dihindari, tetapi dengan kesadaran dan usaha untuk memahami diri sendiri, kita bisa melewatinya dengan lebih baik. Perubahan hormon bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari perjalanan hidup yang harus kita hadapi dengan bijak. 

Jadi, jika kamu berada di usia 50-an dan merasakan hal yang sama, ingatlah bahwa kamu tidak sendiri. Teruslah menjaga komunikasi yang baik dengan orang-orang terdekat dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika diperlukan.

Tetap semangat dan nikmati setiap momen dalam perjalanan hidup ini!

NB : dengan izin Alesha saya menuliskan kisah kami di dalam blog. Tak lain tujuannya adalah untuk menjadi cerminan siapapun yang mengalami perimenopouse dan mungkin mengalami hal sama. 

Komentar

  1. Komunikasi dan keterbukaan memang jadi kunci persahabatan ya. Kadang masalah sepele bisa jadi panjang karena salah pengertian. Kadang butuh waktu sendiri dulu dan selalu berfikir positif.

    BalasHapus
  2. Mbak, ini perjalanan pada waktu blogger acara ke Pantai eh brand properti di Banten kah?

    Usia 50 emang rentan ya
    Saya beberapa tahun lagi memasuki fase itu sepertinya

    Boleh ajak saya kalau ada wag u 50. Haha...
    Haha...

    BalasHapus
  3. Mba, peluk virtual. Semoga proses ini dapat dilalui dengan support full dari orang-orang tersayang.

    Masya Allah tabarakallah usia 50 tahun pastinya bukan sekadar angka, melainkan ada banyak proses kehidupan dan pembelajaran yang sudah dilalui.

    Semangat sealalu mba, aku tuh salut sama mba yang masih aktif dalam berbagai kegiatan. Sehat-sehat mba 😇

    BalasHapus
  4. Betapa luasnya hati Mba Diah dan Mba Alesha untuk menyingkirkan ego masing2, usia jelang 50 atau usia 50 ke atas memang memberikan sejuta hikmah yg bikin bijaksana dalam bersikap ya Mba. Sehat selalu Mba Diah semoga semakin banyak karya2nya ya. Blog menjadi tempat aktualisasi dan healing tentunya :)

    BalasHapus
  5. Konflik dengan sahabat memang sangat tidak mengenakkan. Seharusnya mereka yang paling paham ketika kita bermasalah, tapi kok justru tidak pengertian, sekaligus juga merasa bersalah karena berkonflik dengan mereka.

    Komunikasi memang faktor penting dalam menjaga hubungan dengan sahabat. Sesekali jarak dan waktu juga perlu untuk beberapa kasus.

    Semoga bisa tetap terus langgeng persahabatannya dunia akhirat ya kak. Amin!

    BalasHapus

Posting Komentar