Hai semuanya! Kali ini, saya ingin sekali berbagi dengan teman-teman sebuah cerita tentang bagaimana nasib dipengaruhi oleh pola pikir dan keadaan hati. Dalam perjalanan hidup ini, saya menyadari bahwa bagaimana kita memandang dunia dan membuka hati kita ternyata memiliki dampak yang besar pada arah yang kita ambil dan nasib yang kita alami. Maksudnya gimana?
Pernahkah teman-teman merenung bagaimana nasib teman-teman terjadi? Pernahkah merasa seolah-olah nasib teman-teman telah ditentukan oleh keadaan di sekitar kalian?
Saya juga pernah merasakan hal itu. Ketika saya merasa terjebak dalam lingkaran masalah dan keputusasaan, saya mulai bertanya-tanya apakah nasib saya telah ditentukan oleh keadaan yang tidak bisa saya kendalikan.
Flash back ke belakang, saya adalah seorang perempuan biasa yang hampir tidak punya sumber daya apapun untuk menghasilkan uang. Lama menjadi ibu rumah tangga keahlian saya cuma memasak. Itupun karena tanpa takaran dan hanya mengandalkan feeling bisa ditebak bagaimana rasanya. Kadang enak, kadang keasinan, kadang kurang bumbu.
Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa nasib sejati kita tidak terjadi begitu saja, tidak hanya ditentukan oleh keadaan eksternal, tetapi juga tindakan yang bersumber dari pola pikir, baik sadar maupun tidak sadar dan keadaan hati kita.
Maka sayapun bergerak mengandalkan feeling dan peluang. Saya mulai membuka usaha catering kecil-kecilan untuk teman-teman sekolah si bungsu. Mereka sebagian besar nge-kost, seringkali mereka rindu masakan rumah, yang tidak mereka temui di warteg, warsun, warpad atau nasgor, nasduk dan lainnya. Alhamdulillah, walaupun hanya seadanya saya masih bisa mendapat penghasilan.
Saya akui, sifat sering pasrah dengan takdir itu manusiawi. Tapi kita lupa bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut berusaha mengubah nasibnya.
Dari berbagai kata bijak yang saya dengar bahwa manusia memang ditakdirkan sebagai mahluk kekurangan, tapi bukan ditakdirkan untuk miskin, karena Allah melapangkan rezeki seluas langit dan bumi untuk kita nikmati dan syukuri.
Manusia memang ditakdirkan sebagai mahluk yang terbatas, tapi bukan ditakdirkan untuk malas, karena Allah memberi kita tubuh dan akal yang sehat untuk berusaha dan berjuang melawan keterbatasan.
Manusia memang ditakdirkan sebagai mahluk yang lemah, tapi bukan ditakdirkan untuk menyerah, karena Allah memberi kita masalah agar kita belajar dari kesalahan, menjadi lebih cerdas dan kuat, hingga kita dipantaskan meraih kesuksesan.
Manusia memang ditakdirkan sebagai mahluk yang mencari nikmat, tapi bukan ditakdirkan untuk tersesat, karena Allah memberi kita petunjuk melalui ayat-ayat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terpampang di alam semesta.
Manusia memang ditakdirkan sebagai mahluk pendosa, tapi bukan ditakdirkan untuk masuk neraka, karena Allah menciptakan surga, agar kita bertaubat dan kembali suci saat kembali kepada-Nya.
Alam semesta bekerja dengan suatu pola. Berjalannya waktu, bergantinya siang dan malam, semua bekerja dengan pola yang tetap. Begitupun dengan pola nasib dibentuk dari pola pikir.
Pola pikir kita memiliki kekuatan besar untuk membentuk realitas kita. Ketika kita memilih untuk memandang hidup dengan sikap positif dan optimis, kita membuka diri untuk melihat peluang-peluang yang mungkin terlewatkan oleh mereka yang terlalu fokus pada hal-hal negatif. Saya belajar untuk melihat tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai hambatan yang tak teratasi.
Namun, pola pikir positif saja tidaklah cukup. Kita juga perlu membuka hati kita untuk menerima apa yang datang, baik itu suka maupun duka. Ketika hati kita terbuka, kita menjadi lebih mampu untuk mengalami empati, kasih sayang, dan rasa syukur dalam kehidupan kita.
Saya menyadari bahwa dengan membuka hati, saya dapat mengalami hubungan yang lebih dalam dengan orang-orang di sekitar saya dan menemukan kebahagiaan yang sejati dalam hal-hal sederhana.
Jadi, bagaimana nasib saya dipengaruhi oleh pola pikir dan hati saya? Jawabannya sederhana: sangat besar. Dengan mengubah pola pikir saya dari negatif menjadi positif, dan dengan membuka hati saya untuk menerima apa yang datang, saya menemukan diri saya melangkah maju dengan keyakinan dan kebahagiaan yang lebih besar. Saya belajar untuk merangkul setiap momen dengan penuh semangat dan menghadapi tantangan dengan keberanian.
Pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kita memiliki kekuatan untuk membentuk nasib kita sendiri melalui pola pikir dan keadaan hati kita. Meskipun kita mungkin tidak dapat mengendalikan semua hal yang terjadi dalam hidup kita, kita selalu memiliki pilihan untuk memilih bagaimana kita menanggapi mereka.
Jadi, mari bersama-sama mengarungi arus kehidupan dengan pola pikir yang positif dan hati yang terbuka, dan bersiaplah untuk menemukan keajaiban di sepanjang jalan yang kita tempuh.
Terima kasih sudah mau membaca cerita saya yang mungkin ngalor ngidul bahasanya, saya harap bisa dipahami. Saya harap semoga kita semua dapat menemukan kebahagiaan dan kesuksesan dalam peran hidup kita.
Komentar
Posting Komentar