Siap Menjadi Role Model Dunia Haji Ramah Lingkungan

 



Tidak bisa dimungkiri perubahan ekstrim iklim bumi semakin mengkuatirkan. Suhu udara panas meningkat secara signifikan disertai cuaca dingin yang berlebihan.

Diketahui perubahan cuaca ternyata berdampak pada segala sektor. Mulai dari kekeringan panjang, kebakaran hutan, longsor dan banjir. Akibatnya tak hanya dirasakan oleh lingkungan dan alam tapi mempengaruhi pula kondisi kesehatan manusia pada umumnya.

Terkait dengan perubahan ekstrim iklim, kita bisa bayangkan bagaimana panasnya suhu di negara-negara Timur Tengah. Konon mencapai 42 derajat celcius. Apalagi di bulan ini terjadi momen besar setahun sekali di Arab Saudi yaitu pelaksanaan haji.

Tantangan Arab Saudi dalam Penyelenggaraan Haji
Inilah momen jamaah haji dari seluruh penjuru dunia datang ke Saudi Arabia untuk menunaikan ibadah haji. Kehadiran serentak jutaan jemaah haji tentu menimbulkan tantangan yang tidak sedikit. Mulai dari keamanan, logistik, akomodasi dan tantangan lingkungan.

workshop "Menghijaukan Haji dan Umroh Kita ; Menjadi Haji yang Ramah Lingkungan dan berkelanjutan"


Dalam workshop "Menghijaukan Haji dan Umroh Kita ; Menjadi Haji yang Ramah Lingkungan dan berkelanjutan" aktivitas lingkungan dan Dosen Pascasarjana Universitas Nasional Fachruddin Mangunwijaya menjelaskan bahwa kebutuhan air untuk berbagai keperluan di Arab Saudi didapatkan melalui salinasi air laut.

"Seperempat pendapatan mereka digunakan untuk air bersih. Sangat mahal sekali. Air disalinasi kan juga menggunakan bahan bakar karbon karena pakai minyak, " Ungkap Fachruddin.

Peneliti Pusat Pengkajian Islam & Masyarakat UIN Jakarta Dadi Darmadi juga menyampaikan hal senada yaitu persoalan sampah. Sejak tahun 1982 masih banyak jemaah yang membuang sampah di saat ibadah haji.

"Bahkan sampai 2018,  Arab Audi sampai menghabiskan 300 juta dolar untuk kebersihan Makkah dan Madinah. Di tahun  2020 saja mencapai 120 ribu ton, " Ungkapnya.

Dalam workshop yang dilaksanakan di Hotel Aone pada Selasa 27 Juni 2023 selain Fachruddin Mangunwijaya dan Dadi Darmadi, pembicara lain yang diundang adalah Anggota Dewan Kehormatan Himpuh (Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji) HB Tamam Ali, Figur Publik yang juga Miss Eco Indonesia Intan Wismi Permatasari dan Public Engagement & Actions Manager Greenpeace Indonesia Khalisah Khalid.

Perubahan Cuaca Ekstrim Jadi Tanggung Jawab Semua Umat Manusia
Menurut Fachruddin, sebagaimana penelitian, iklim lingkungan ditakutkan terus naik dua derajat per tahunnya. Bila  perubahan iklim itu terus terjadi maka 20 tahun lagi panas di saat ibadah haji dan umroh akan mencapai 70 derajat. Kalau sampai di kondisi itu, kita tak akan mampu bertahan di luar. Rombongan jamaah haji tak akan bertahan di luar. Lansia tak akan kuat lagi untuk  menjalani ibadah jamaah haji," paparnya.

Mengerikan ya. Meskipun semua negara berjanji memenuhi target penurunan emisi termasuk di Indonesia namun tidak ada salahnya kita ikut berkontribusi. Kita bisa melakukan aksi berkelanjutan agar perubahan cuaca ekstrim tidak semakin memburuk.



Seperti yang dilakukan Miss Eco Indonesia Intan Wisni Permatasari. Ia mengatakan bahwa tindakan menjaga lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan umum untuk bepergian.

Sedangkan saat menunaikan ibadah haji bisa dengan cara tidak menggunakan pemakaian plastik sekali pakai. "Bila itu dilakukan dan diviralkan selama melakukan ibadah haji maka jamaah Indonesia dapat menjadi contoh yang menarik bagi yang lain," ujarnya.

Fachruddin menyampaikan tips sederhana untuk penghematan energi yaitu dengan panel surya. Sedangkan saat beribadah haji dengan tidak boros menggunakan air saat berwudhu, karena di Arab Saudi air sangat mahal dan langka.

Sedangkan Dadi Darmadi menyarankan agar jemaah haji untuk menerapkan prinsip hidup sederhana. Caranya dengan tidak membuang sampah makanan, artinya makanlah secukupnya. Jangan biarkan porsi makanan tersisa menjadi sampah. "Sebagaimana  ajaran jangan sampai makanan kita mubazir dan jangan berlebihan, izraf dan tafzir. Orang pemenuhan kewajiban lupa makna simbolik dan hal seperti itu," ujar Dadi lagi.

Setiap umat manusia perlu mengubah gaya hidup dan perilakunya menjadi sederhana. Tentu hal ini tidak bisa diwujudkan dalam waktu singkat, apalagi saat menunaikan haji.

Dadi mengatakan bahwa tema menjaga kebersihan dan lingkungan disampaikan di saat Manasik Haji. Ini penting karena merupakan juga bagian dari struktur dan ibadah hajinya.
"Jadi, menurut saya, itu perlu koordinasi tak hanya pemerintah, tiap lembaga yang termasuk rombongan  jemaah hajinya. Agar sejak Manasik Haji ini  sudah harus tersinergikan."

Ya, tantangan perubahan iklim memerlukan respon dan tanggungjawab semua umat manusia, termasuk umat muslim di Indonesia. Terlebih Indonesia adalah negara dengan umat muslim terbanyak di seluruh dunia. Di sisi lain Indonesia adalah negara terbanyak setelah Mesir dan Pakistan yang mengirimkan jamaah hajinya.

"Ini bukan hanya  kebanggaan buat kita tapi juga tanggung jawab. Saya usul agar bagaimana Manasik Haji juga dibekali dengan materi untuk  menjaga lingkungan. Seluruh umat Islam di dunia itu kan ada di sana. Ada citra profiling umat Islam mewakili sebagai duta termasuk jemaah haji Indonesia, " harap HB Tamam Ali, Anggota Dewan Kehormatan Himpunan Penyelenggaraan Umrah dan Haji (Himpuh).

Kewajiban menjaga lingkungan bukan merupakan tanggung jawab sebagian atau sekelompok orang saja ; semua orang punya kewajiban sama.

Terutama ketika menjadi tamunya Allah, harus bisa selalu menjadi tamu yang baik dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga nama baik bangsa kita.



Ada ungkapan, kebersihan sebagian dari iman (Arab : an-nazhaafatu minal iimaan). Kalimat "kebersihan sebagian dari iman" ini, merupakan ungkapan yang baik (Islami) yang harus diteladani.

Dengan menjaga kebersihan lingkungan artinya kita telah menunjukkan perilaku yang baik (akhlaq yang baik terhadap lingkungan), maka ini harus dibiasakan. Ketika kita sudah terbiasa, maka di manapun kita berada, kita akan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Yok bisa yok!

Komentar